aspiratif, ilmiah, akuntabel, dan independen

Selasa, 29 Januari 2008

BEM dan DPM Gelar Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Sospol

Oleh Romi Advant

Lemahnya sistem politik Kalimantan Barat saat ini salah satunya disebabkan mandegnya pencerdasan politik di perguruan tinggi. Mahasiswa yang merupakan para calon pengisi kursi pemerintahan, justru sedang sibuk dengan aktivitas pribadi dan melupakan kewajibannya sebagai ’juru bicara rakyat’. Ketika korupsi merajalela, harga sembako meningkat dan penggusuran dimana-mana, mahasiswa yang berperan sebagai aspirator rakyat hanya melegitimasi itu wajar-wajar saja. Mahasiswa yang seharusnya berfungsi sebagai agent perubah dengan paradigma kritis tranformatif, kini sudah bergeser menjadi agen perubah yang pragmatis dan hedonis.

Mungkin ada yang ambigu dalam peran dan fungsi dari mahasiswa. Seharusnya selain bergerak dalam aktivitas perkuliahan, mahasiswa juga memiliki satu tanggung jawab dalam membaca realita kehidupan bangsa. Gelar ’mahasiswa’ yang disandang harus lebih dapat dipertanggungjawabkan. Rakyat sangat membutuhkan muncul mahluk-mahluk bergelar ’mahasiswa’ dalam menyampaikan penderitaannya. Sudah terlalu panjang kemisikinan yang diderita rakyat dan sudah terlalu lama rakyat dibodohi para kapitalis. Tetapi orang-orang yang diharapkan (mahasiswa) mampu memperjuangkan nasib rakyat, justru sedang asyik memikirkan profesi mendatang.

Di desa akan terdengar jelas suara rakyat kecil dalam mengangkat nama mahasiswa. Bagi mereka, mahasiswa adalah orang pintar yang bisa melakukan segalanya. Mahasiswa merupakan para calon pejabat pemerintahan yang akan datang, dan mahasiswa adalah calon borjuis-borjuis bangsa. Kaum intelektual yang berjiwa muda dan independen hanyalah mahasiswa. Dengan bekal kritis, ilmiah, dan prestise yang tinggi tentu dapat menjadi ’speaker corner’dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Ayo mahasiswa, tunjukkan isi hati nuranimu....

Dalam upaya mengembalikan peran dan idealisme mahasiswa tersebut, panitia bersama BEM & DPM bekerjasama membuat pelatihan gerakan yang terbuka untuk seluruh mahasiswa MIPA. Dengan tema:

”Songsong Kebangkitan Gerakan Mahasiswa MIPA Berbasis Intelektualitas”

Pada : - 8 Februari 2008
- 08.00 wib
- Ruang D1-D2
Materi: - Tehnik Advokasi (DH.Gustira, aktivis LPS Air)
- Pemahaman peran dan fungsi mahasiswa (Fakhrurozzi, aktivis LPS Air)
- Tehnik Penyikapan isu(A.Aziz, aktivis OKP KAMMI kalbar)
- Tehnik rekayasa sosial politik (Pramono Tripambudi,SE anggota DPRD Kota)
Turut serta
Ketua BEM, Ketua DPM, Ketua HIMATIKA, Ketua HIMKI, Ketua HIMABIO, Ketua HIMAFIS, Ketua FIKRI, Ketua IMASIKA, Ketua KOMIK, dan Ketua LAB ART, Alumni LT I angkatan 4 []
*penulis adalah ketua dpm fmipa untan 2007-2008



Selasa, 15 Januari 2008

“KUASA MAHASISWA” MERUPAKAN “KUASA PERUBAHAN”

Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu anugrah luar biasa. Dengan memenangkan kompetisi di antara beribu orang serta membayar dengan harga yang mahal, seseorang baru memperoleh gelar mahasiswa. Dari pagi hingga sore mahasiswa ditanamkan nilai-nilai ilmiah dari para dosen. Literatur menjadi suatu kitab yang selalu dibaca dan dipahami isinya oleh mahasiswa. ‘Kaum intelektualitas’ menjadi suatu panggilan yang tak asing lagi didengar mahasiswa.

Segala macam pujian diberikan rakyat untuk mahasiswa. Jika datang ke suatu desa, mahasiswa menjadi bak seorang dewa yang serba bisa. Semua penduduk menyambut kedatangan mahasiswa dengan meriah. ’Menginap di rumah saya saja’ merupakan suatu kata yang berebut diucapkan masyarakat desa. Berbincang dengan mahasiswa pun menjadi suatu kebanggan bagi rakyat.

Keistimewaaan ini tak lain karena rakyat memandang bahwa mahasiswa merupakan generasi bangsa, calon pemuka, dan ’juru bicara’. Rakyat merasa hanya mahasiswa yang ’pantas’ untuk menyampaikan penderitaan rakyat dan hanya mahasiswa yang dapat menjadi pelopor perubahan suatu negara. Mahasiswa dipercayakan berjuang membela rakyat karena hanya mahasiswa yang masih independen serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah bangsa dan negara. Telah banyak bukti atas kekuatan mahasiswa. Keadilan dan kesejahteraan rakyat merupakan kunci perjuangan mahasiswa. Mulai dari debat, pidato, diskusi, seminar dan demonstrasi menjadi senjata perjuangan mahasiswa. Teriakan-teriakan ’keramat’ mahasiswa menjadi harapan besar bagi seluruh rakyat.

Sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik suatu negara. Secara empirik kuasa mahasiswa terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Segala bentuk penggulingan kekuasaan ini mengartikan bahwa kuasa mahasiswa merupakan kuasa perubahan.

Namun segala bentuk penggulingan kekuasaan tersebut hanya sebagian kecil dari kuasa mahasiswa. Rakyat akan terus menunggu muncul kembali kuasa mahasiswa. Rakyat akan terus berharap pada mahasiswa-mahasiswa yang berani berkata benar dan salah dengan jujur dan tegas. Rakyat membutuhkan tangan-tangan orang yang peduli pada sesama dan bukan orang yang apatis. Dan rakyat yakin dan percaya bahwa di kampus berkumpul orang-orang commited dengan mata hati dan berjuang pula dengan mata hati.

HIDUP MAHASISWA...!!
SALAM REVOLUSI...!!

Penulis : Advant, R., 2008